Ketua Baznas Bulukumba HM Yusuf Sandi menjelaskan sebagai bagian dari Pemerintah Daerah yang bergerak di bidang layanan publik dapat terus berbagi kepada saudara- saudara kita yang tergolong sebagai Mustahik. Dalam penyaluran bantuan kali ini, Baznas membagikan 15 mesin jahit dan 4 paket alat perbengkelan. Penerima alat tersebut ada secara pribadi maupun dalam bentuk kelompok usaha.
Lebih lanjut, Yusuf Sandi menyebut kepercayaan masyarakat kepada Baznas Bulukumba untuk mengelola zakatnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017, terkumpul sekitar Rp500 juta, tahun 2018 sebesar Rp1,4 milyar, dan tahun 2019 naik menjadi Rp2,2 milyar.
“Target kita tahun 2020 ini sebesar 2,7 milyar. Namun karena wabah Covid-19 sepertinya tidak bisa memenuhi target sampai akhir tahun ini. Tapi alhamdulillah zakat yang terkumpul sampai saat ini sudah hampir mencapai 2 milyar,” ungkapnya di acara penyaluran bantuan di Aula Kantor Baznas Bulukumba, Kamis 19 November 2020.
Selain bantuan usaha ekonomi, pihaknya juga memberikan bantuan pendidikan berupa beasiswa kepada siswa, mahasiswa dan santri yang tidak mampu dan berprestasi, serta bantuan penyelesaian studi.
Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Hj. Darmawati yang hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa penyerahan bantuan ini harus dimaknai sebagai upaya pemerintah atau Baznas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi saudara-saudara kita dari kalangan fakir miskin.
Ibaratnya Pemerintah memberikan alat pancing, bukan ikannya, dengan tujuan bahwa dengan penyerahan bantuan alat mesin jahit dan perbengkelan ini, diharapkan penerima mampu mengembangkan usahanya melalui kegiatan menjahit dan perbengkelan.
"Dengan keahlian yang dimiliki dan semangat dalam bekerja, para penerima mampu menjadi penopang hidup keluarganya, Insya Allah," pinta Darmawati.
Salah seorang penerima bantuan mesin jahit, Mustafa 34 tahun mengungkapkan rasa terima kasih atas bantuan dari Baznas. Menurutnya usaha menjahitnya bisa dikembangkan lagi dan bisa menambah orang sebagai tenaga menjahit.
Pria penyandang disabilitas fisik ini berprinsip tidak mau membebani orang lain, sehingga dia berupaya untuk hidup mandiri dengan usaha jahitnya sendiri.
Diceritakannya, awal tahun 2010 ia mengikuti kursus menjahit. Lalu kemudian 4 tahun lamanya ikut menjahit di usaha orang lain. Setelah itu ia buat usaha menjahit sendiri dengan melibatkan 3 orang teman penyandang disabilitasnya.
”Sebelum saya menerima bantuan ini, pihak Baznas terlebih dahulu melakukan survey usaha saya. Dan alhamdulillah, saya juga salah seorang penerima bantuan," bebernya.(M. Yunus)