Baca Juga:
Sulsellima.com - Munculnya Covid-19 yang menyerang di seluruh penjuru dunia mengharuskan para pelajar menjalani pembelajaran secara online. Hal ini dilakukan karena dinilai sebagai cara paling aman untuk mencegah penyebaran Covid-19. Tetapi perlu diketahui, apakah cara ini efektif bagi semua pihak yang terlibat? Ternyata bukan hanya tenaga pengajar yang merasa pusing dengan metode daring yang digunakan untuk proses pembelajaran, banyak keluhan yang juga terdengar oleh para pelajar dan para orangtua. Dari pengalaman yang sudah dilewati selama satu semester belajar secara daring, penulis mencoba merangkum beberapa keluhan yang (mungkin) sering dikeluhkan oleh pihak yang terlibat oleh sistem pembelajaran yang ditetapkan oleh Pemerintah ini. Tenaga pengajar seringkali mengeluhkan hal yang tidak bisa benar-benar dipahami oleh para pelajar, seperti susahnya membuat bahan ajar untuk digunakan pada saat pembelajaran, ditambah lagi apabila pengajar tidak ahli dibidang teknologi sehingga mengharuskan untuk kembali mempelajari hal hal yang berkaitan dengan sistem belajar seperti ini( misalnya mengoperasikan aplikasi yang digunakan, membuat bahan ajar yang sebelumnya tidak digunakan dalam pembelajaran, dsb). Ditambah lagi para pelajar yang terkadang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Dalam beberapa kasus, pihak pengajar didalam pelosok negeri diharuskan mendatangi sekolah ditengah pandemi ini demi memberikan pelajaran bagi para pelajar yang tidak mempunyai telepon pintar ataupun kuota internet untuk digunakan untuk mengikuti pembelajaran secara online atau daring, ditambah lagi dengan kurangnya akses internet di beberapa daerah pedalaman, hal ini juga dirasakan bagi para pelajar yang tinggal di daerah pedalaman. Kuota internet yang tidak memadai serta akses internet menjadi masalah utama. Bagi para pelajar, masalah utama yang mereka hadapi selain masalah jaringan internet dan kuota yang memadai, ternyata banyak sekali pelajar yang mengeluhkan masalah tugas yang diberikan oleh tenaga pengajar tanpa memberikan penjelasan sebelumnya. Setelah mengerjakan dan mengumpulkan tugas yang diberikan, para pelajar hanya mendapatkan nilai tanpa mendapatkan pemahaman yang berkaitan dengan tugas yang diberikan. Jadwal yang terkadang tidak teratur pun menjadi masalah dimana perubahan jadwal yang dilakukan menyebabkan pelajar melewatkan pembelajaran yang sebenarnya harus dilakukan, tetapi malah berada ditempat lain yang bisa saja sedang melakukan suatu pekerjaan, ataupun sedang mengalami kesusahan akses internet di daerah tersebut. Serta tidak adanya pemberian materi yang proporsional dari tenaga pengajar. bagi pelajar SD, yang merasa paling pusing adalah orangtua. Orangtua merasa kesulitan membantu proses belajar daring untuk anak-anak mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh para guru dari rumah. Tugas-tugas yang mengharuskan para orangtua merekam anak mereka pada saat mengerjakan tugas dari para gurunya juga menjadi masalah bagi para orangtua karena ketersediaan memori perangkat yang kadang tidak memadai pada perangkat mereka yang menyebabkan kecepatan perangkat menurun. Bagi para orangtua di kota yang memiliki akses internet serta kuota internet, tentu tidak terlalu terbebani dengan hal ini, dikarenakan bisa membuka berbagai laman-laman demi membantu anaknya untuk mengikuti kegiatan belajar secara daring. Tetapi pernahkah kita bayangkan para anak-anak dan para orangtua dibagian pedalaman, bagaimanakah mereka menjalani proses kegiatan pembelajaran seperti ini? Tentunya mereka sangat bingung dengan sistem yang digunakan sekarang ini. Beberapa orangtua yang sudah kembali menjalani aktivitasnya diluar rumah akibat dimulainya New Normal sehingga tidak selalu memiliki waktu untuk mendampingi anaknya untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga kurangnya bantuan yang diberikan kepada anak pada saat pembelajaran menjadikan anak tidak bisa menyerap semua materi yang diberikan dengan baik.
Semua permasalahan diatas sebenarnya terjadi karena kita semua tidak memiliki kesiapan serta tidak adanya antisipasi untuk menghadapi ketidaksiapan tersebut. Ketidaksiapan yang dimaksud yaitu ketersediaan jaringan yang tidak memadai dari ketercakupan wilayah, hal ini bisa saja diakibatkan dari kedua sisi, yaitu pengajar dan pelajar. Hal ini yang mungkin mengakibatkan kurangnya penyampaian materi dari pengajar. Kurang andalnya dalam mengoperasikan teknologi dari kedua sisi juga menyebabkan proses pembelajaran tidak efektif akibat pengajar yang tidak mampu membuat materi-materi untuk dipresentasikan. Peserta didik juga tidak mampu mengoperasikan aplikasi yang digunakan untuk proses pembelajaran online. Hal ini sebenarnya bisa ditangani dengan melakukan pelatihan bagi tenaga pengajar serta memberikan reward dan punishment bagi pengajar yang tidak mampu memberikan materi pembelajaran secara proporsional. Sekolah seharusnya mampu memberikan bantuan paket data bagi pelajar yang membutuhkan serta menyediakan perangkat yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran disekolah agar pelajar yang kekurangan atau tidak mampu dalam ketersediaan perangkat bisa memanfaatkan perangkat yang ada disekolah dan tetap bisa melakukan pembelajaran secara resmi, tentunya dengan selalu mengikuti protokol kesehatan yang berlaku demi pencegahan penyebaran covid-19.
Semoga dengan terus menerapkan pembelajaran secara daring serta selalu mematuhi protokol kesehatan, serta komitmen dari tenaga pengajar, pelajar dan orangtua dalam menjalani proses pembelajaran dapat menjadi efektif untuk terus mempertahankan kualitas pelajar ditengah masa pandemi covid-19 ini.
Penulis : Rasdianah Latif (Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan bisnis Islam)