Karena itulah, pihaknya perlu mengantisipasi dan mulai berhati-hati dengan gelombang baru aksi terorisme yang menyasar kelompok usia tersebut.
"Ini jelas sekali perlu kita antisipasi karena kelompok-kelompok teror sekarang telah menyasar anak muda di negeri ini," kata Rusdi saat menjadi salah satu pemateri dalam Webinar yang digelar Public Virtue dengan tema Bom di Makasar dan Penembakan di Mabes Polri, Persepektif Toleransi dan Demokrasi, Minggu (4/4/2021).
"Tentunya ketika kita bicara bahwa ZA melakukan sendiri, di dalamnya adalah dimungkinkan apa yang didapat oleh ZA yang dipahami dari ZA itu bersumber dari internet," kata Rusdi.
Paham-paham yang kemudian menjadi keyakinan ZA ini bersumber dari media sosial. Apalagi diketahui, 21 jam sebelum melancarkan aksinya, ZA juga telah mengunggah bendera ISIS dan kata-kata perjuangan di media sosial miliknya.
Rusdi juga memaparkan, pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 73,3 persen dari total populasi yang ada. Dengan kata lain, sekitar 202 juta masyarakat Indonesia tercatat sebagai pengguna internet aktif.
"Artinya adalah begitu cepatnya dan juga begitu banyaknya data yang beredar di kepala rakyat Indonesia saat ini.
Begitu banyaknya ini tentunya membutuhkan masyarakat yang harus bisa memilih dan memilah konten mana itu yang benar, konten mana yang menyesatkan," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Rusdi juga mengingatkan, penanggulangan terorisme memang tak bisa dilakukan sendiri oleh aparat kepolisian. Perlu ada persatuan dengan masyarakat dan segenap kelompok moderat. Sebab jika tak ada persatuan, maka akan sangat mudah disusupi oleh kelompok dengan ideologi radikal ini.
"Ini perlu sekali karena permasalahan terorisme bukan masalah yang enteng tetapi masalah yang komplek," katanya.
Beberapa waktu yang lalu, Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin sudah meminta Polri tidak menganggap santai dan remeh pesan berantai yang bernada ancaman dan teror terhadap institusi tersebut dan bangsa Indonesia.
Penyebabnya karena kegiatan masyarakat beralih ke dunia maya ketika pandemi dan bersamaan dengan itu, gerakan garis keras ISIS kian aktif menyebarkan seruan dan ajakan melalui Internet, khususnya ketika mereka kehilangan benteng pertahanan terakhir di Suriah,"kata Aziz.
Report : Andi Ross
Editor : Redaksi II