<
BREAKING NEWS

Ketimpangan Aturan Pembelian Ikan Hidup di Takabonerate Selayar: Nelayan Kecil Merasa Ditinggalkan

SELAYAR, SULSELLIMA.COM - Konflik terkait pelarangan pembelian ikan hidup dan pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Takabonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar, terus bergulir tanpa solusi yang memuaskan. Sejumlah nelayan dan pembeli ikan hidup lokal mengeluhkan ketidakjelasan aturan serta dugaan diskriminasi dalam penerapan kebijakan oleh pengelola kawasan konservasi.


Permasalahan bermula ketika Balai Taman Nasional Takabonerate mengimbau agar pembeli ikan hidup yang memiliki keramba wajib memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan pihak pengelola kawasan. Langkah ini disebut sebagai bagian dari komitmen terhadap konservasi laut dan keberlanjutan sumber daya perikanan.

Namun, di lapangan muncul kenyataan berbeda. Sejumlah nelayan dan pembeli ikan hidup yang telah berupaya melengkapi dokumen usaha dan mengurus PKS justru menghadapi penyegelan keramba dan penyitaan alat tangkap.

“Kami sudah ikut aturan, tapi justru kami yang diberhentikan. Sementara ada pembeli lain yang tetap beroperasi walaupun tak jelas apakah mereka punya izin atau tidak,” kata seorang pembeli ikan hidup dari Pulau Jinato kepada wartawan BBC Styls.

Situasi ini menimbulkan spekulasi adanya tebang pilih dalam penerapan aturan konservasi. Dua pengusaha besar disebut tetap bebas menjalankan usahanya, meskipun legalitas mereka belum sepenuhnya jelas di mata para pelaku usaha kecil lainnya.

“Apakah kami ini tidak sama di mata aturan? Kami mau taat, tapi malah disegel. Yang besar dibiarkan terus jalan,” ungkap seorang nelayan pembeli dari kawasan tersebut.

Selain soal penyegelan keramba, persoalan juga merambat pada keramba ketahanan pangan milik desa yang ikut menjadi sorotan. Nelayan mempertanyakan konsistensi kebijakan. 

“Kalau keramba ketahanan pangan tidak dilarang, lalu apa bedanya dengan keramba ikan hidup milik kami? Sama-sama di laut dan sama-sama punya dampak,” tegasnya.

Permohonan PKS yang telah diajukan oleh sejumlah nelayan hingga kini belum membuahkan hasil. 

“Sudah hampir tiga bulan kami tunggu kabar, tapi jawabannya selalu sama: masih dikirim ke pusat, belum ada keputusan,” jelas seorang nelayan pembeli lainnya.

Kondisi ini menyebabkan sejumlah nelayan mulai beralih dari usaha ikan hidup ke tangkapan ikan pasar biasa, yang dinilai jauh lebih rendah nilai jualnya. Rantai ekonomi lokal terganggu, dan mata pencaharian warga pun terdampak secara signifikan.

Tak hanya soal keramba, ketidakadilan juga dirasakan dalam pengawasan aktivitas penangkapan ikan di kawasan Takabonerate. Kapal pukat pursen dari luar kawasan diduga kerap masuk dan menangkap ikan dalam skala besar tanpa hambatan.

“Nelayan luar boleh masuk dan ambil banyak ikan, sementara kami malah diminta ikut patroli menjaga kawasan,” ujar seorang pemuda dari desa pesisir yang menolak disebutkan namanya.

Kondisi ini menimbulkan keresahan bahwa konservasi hanya ditegakkan untuk kelompok kecil, sementara pelaku skala besar luput dari pengawasan.

Pemerhati lingkungan menilai bahwa keberhasilan konservasi laut bukan hanya soal menjaga ekosistem, tetapi juga memperhatikan hak dan kebutuhan masyarakat pesisir yang hidup dari laut.

“Nelayan kecil bukan ancaman konservasi. Mereka justru bisa jadi mitra jika dilibatkan secara aktif dan setara,” ujar seorang aktivis lingkungan lokal.

Para nelayan kini berharap ada dialog terbuka dan kebijakan yang lebih inklusif. Mereka mendesak agar pemerintah dan pengelola kawasan membuka ruang komunikasi, memperjelas regulasi, dan menghindari praktik yang menimbulkan kesan monopoli atau ketidakadilan.

Di tengah luasnya hamparan laut Takabonerate yang kaya biodiversitas, hidup komunitas nelayan kecil yang terus berjuang—bukan hanya menghadapi ganasnya ombak, tapi juga kebijakan yang belum sepenuhnya berpihak pada mereka.

Penting bagi semua pihak untuk mengingat bahwa keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial harus berjalan beriringan. Sebab laut tak hanya tempat konservasi, tapi juga sumber kehidupan bagi mereka yang menggantungkan harapan di atas sampan-sampan kecil.***

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image