Lukman menjelaskan, sekitar bulan September lalu pihaknya melakukan rapat dengan mengundan berbagai pihak, dari semua unsur di tingkat desa mengenai keluhan warga yang kerap kesulitan air bersih.
" Pada rapat itu, kami itu adakan rapat untuk mencarikan solusi, dan melalui rapat itu, muncul salah seorang warga Attas nama Ambo, yang ingin menghibahkan tanahnya, dimana dilokasi tanahnya ada sumber mata air untuk dijadikan sebagai sember mata air Pamsimas. Warga pun akhirnya bersepakat dan mengapresiasi dengan hal itu," Ujar Lukman.
berselang beberapa hari pasca rapat tersebut, kata Lukman, dua orang warga yaitu Helong (warga Desa Jojjolo) dan Ansar (Warga Desa Bontoinasa). Keduanya menghadap ke Kantor Desa Bontominasa untuk melarang pembangunan Pmsimas tersebut di lahan milik Ambo. Alasannya, pembangunan Pamsimas dapat menghalangi aliran air ke sawahnya.
"Saat itu saya selaku kepala desa Bontominasa menjelaskan ke beliau, Jika pipa yang digunakan untuk aliran Pansimas itu ukurannya tidak besar, sehingga tidak memungkinkan mengganggu pengairan sawah warga lain. Selaku pemerintah desa, tidak mungkin kami akan mengambil kebijakan yang menguntungkan org banyak namun akan merugikan sebagian kecil masyarakat. Tapi bagaimana upaya kami memikirkan agar kedua duanya berjalan. Pansimas jalan dan sawah tetap terairi<' Kata Lukman.
Dengan mendengarkan penjelasan Lukman, keduanya pun faham dan sepakat untuk dijadikan aliran Pansimas. Karena menilai tidak memberi efek pada aliran air di sawahnya.
" Saya ingin klarifikasi, terkait pemberitaan yang mengatakan jika kami tidak pernah pertemukan kedua belah pihak itu keliru. Karena sebelumnya masalah ini pernah juga diungkapkan oleh saudara Ansar, yang merupakan rekan p. Helong, yang juga memanfaatkan aliran air itu untuk mengairi sawahnya," Beber Lukman.
Lukman pun mengakui menolak untuk melakukan mediasi ulang antar warga mengenai lahan Pamsimas tersebut, itu dinilai karena kesepakatan telah terjadi, dan tak ada riak-riak yang terjadi antar warga.
" Terkait desakan salah satu warga Jojjolo, (Inisial BL, RED) yang kemarin menelpon saya untuk kembali mempertemukan antara Pak Helong dan Pak Ambo, saya akui memang saya tolak mentah mentah, karena saat ini yang punya lahan aalah Pemerintah Desa Bontominasa karena sudah dihibahkan ke kami, dokumennya lengkap," Jelasnya Lagi.
Lukman juga membantah mengenai pemberian kerbau kepada warga.karena menurutnya, tidak ada bukti otentik atau saksi hidup.
"kalau pun ada pemberian kerbau, itu adalah sebagai upah kerja atas penggalian dan pembuatan saluran irigasi yg diberikan nenek pak Helong ke nenek pak Ambo, karena tidak mungkin mau bekerja kalau tidak diberi upah, "jelasnya.
"Jadi sekali lagi saya klarifikasi, jika Pemdes Bontominasa tidak memaksakan pembangunan Pansimas, tapi ini memang sudah menjadi kebutuhan prioritas masyarakat kami dan semua masyarakat sekitar wilayah sumber mata air mengapresiasi program ini. Jadi yang keberatan hanya satu orang, itupun warga Jojjolo. Tidak mungkin kami mau membatalkan program yang sudah lama dinanti-nanti warga dan untuk kepentingan orang banyak hanya karena adanya isu penolakan dari satu orang," Tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemdes Bontominasi dituding melakukan pemaksaan pembangunan Pansimas di wilayahnya, tanpa harus lebih dulu melakukan rapat koordinasi dengan warga setempat. Tak hanya itu, Pemdes Bontominasa juga dinilai menolak melakukan mediasi ulang mengenai pembangunan Pansimas tersebut, yang mengakibatkan adanya satu warga yang lakukan protes.(Muh Yunus)