Fitnah keji itu disebar melalui salah satu media online lokal di Kabupaten Bulukumba, kemudian disebar luaskan oleh salah satu tim pasangan calon, salah satunya Irwan Juma, tim Harapan Baru yang menyebar di grup whatsaap Bulukumba Accarita.
Hanya saja yang isi dalam berita tidak sesuai fakta. Potongan video yang dipenggal sehingga seolah-olah Tomy Satria disebut mengajarkan warga Gunturu melakukan money politik. Padahal selama ini pasangan Tomy Satria-Andi Makkasau adalah pasangan calon yang getol mengkampanyekan anti politik uang.
Dalam kejadian utuh, Tomy Satria di hadapan warga mengatakan bahwa pada prinsipnya money politik bisa dilakukan oleh siapa saja, hanya saja penting untuk menjaga demokrasi tetap berkualitas. Tomy Satria hanya mengandaikan, jika money politik dibiarkan sebebas-bebasnya maka bukan hal yang tidak mungkin, kandidat lain akan melakukan yang lebih.
"Saya hadir saat pak Tomy sosialisasi di Gunturu, dan yang ada dalam berita itu adalah fitnah keji. Pak Tomy memang bilang, kalau ada yang kasi Rp300 ribu saya bisa tambahkan Rp10 ribu menjadi Rp300 ribu. Namun tidak berhenti di situ, tapi itu disambung, bahwa Pilkada bukan soal memilih yang ada uangnya, tapi memilih pemimpin yang mampu membawa Bulukumba lebih baik di masa-masa mendatang. Sehingga tak akan melakukan cara-cara curang, tapi datang memenangkan hatinya masyarakat dengan cinta," kata salah satu warga Herlang, Rizal Ical, Minggu (6/12/2020).
Dia menegaskan menjadi saksi hidup yang hadir dalam kegiatan itu. Dan dia memastikan, yang beredar melalui media lokal itu adalah fitnah keji yang sangat tidak sesuai fakta.
Faktanya lain bahwa, diantara tiga praktek money politik hingga saat ini, mulai dari video viral hingga OTT di Desa Balampesoang, sama sekali bukan tim TSY-AM. Tiga kasus itu melainkan semua dilakukan tim dari Paslon nomor 4 Harapan Baru.
"Warga Herlang tahu, bahwa ini merupakan fitnah keji. Kami sudah saling mengabari dan komitmen lewat media sosial, lewat Whatsaap bahwa warga Herlang bergerak bersama TSY-AM yang terus dizalimi," kata dia
"Kami warga Herlang yang tau sebanarnya, yang tahu faktanya karena kami hadir. Kami warga Herlang bergerak bersama orang yang terzalimi," imbuhnya.
Sebelumnya tokoh masyarakat Herlang, H. Jawase mengatakan bahwa masyarakat harus membuka mata kepala dan mata hati untuk menentukan pemimpin masa depan. Dimana harus memilih pemimpin yang tidak menghalalkan segala cara di Pilkada 9 Desember mendatang.
"Sudah waktunya kita membuka mata kepala dan mata hati dalam menentukan pemimpin," katanya belum lama ini.(Muh Yunus)