Serta yang paling krusial adalah demoralisasi yang terjadi di kalangan masyarakat baik di kalangan pejabat tinggi, wakil rakyat, mahasiswa, pelajar SMA bahkan pelajar SMP dan SD pun mengalami krisis moral tersebut. Sungguh dramatis dan miris sekali jika kita lihat sekarang di hampir semua layar kaca dan media informasi lain yang menayangkan bagaimana krisis moral ini sudah menular dan menggrogoti semua lapisan masyarakat dari para petinggi negara hingga para pemuda yang akan menjadi penerus bangsa di kemudian hari.
Demoralisasi tidak dipungkiri telah memasuki ranah mahasiswa, banyak kasus penyimpangan moral yang telah dilakukan mahasiswa seperti banyaknya masalah video porno, anarkisme, narkoba, seks bebas, dsb. Sedangkan kita tahu bahwa mahasiswa telah disiapkan menjadi penerus bangsa yang akan membangun, melanjutkan, dan memajukan bangsa indonesia kelak di masa depan.
Mahasiswa lah yang menjadi bibit-bibit pejuang selanjutnya yang menjadi Agent of change di segala bidang dan menjadi Social Control yang akan terus menjunjung tinggi keterbukaan dan transparansi dalam melaksanakan pemerintahan agar lebih mensejahterakan rakyatnya dan meminimalisir tingkat penyelewengan di tingkat aparatur negara.
Mahasiswa, sebuah gelar baru yang hingga kini “dibanggakan”oleh sebagian besar masyarakat. Mahasiswa konon adalah para generasi harapan yang kelak mampu membawa perubahan bagi negara Indonesia untuk bisa bersaing dengan negara-negara di dunia. Sebutan itu hendaknya bisa menjadi cambuk bagi mahasiswa itu sendiri yang dipandang sebagai Agent of Change (agen perubahan).
Mahasiswa dituntut mampu untuk mengontrol keadaan negara; bukan untuk sekedar mengkritik, tetapi juga memberikan kontribusi yang riil untuk perubahan yang lebih baik (agent of social control). Sebagai kaum intelektual mahasiswa harus bersikap berani dan kritis, berani untuk mendobrak zaman ke arah kemajuan dan kritis terhadap kebijakan para pemegang roda pemerintahan.
Mahasiswa berperan sebagai transportasi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka. Beban dan tanggung jawab menjadi mahasiswa sangatlah besar.
Mahasiswa harus berani menyampaikan kebenaran tanpa menutupi kebohongan, selalu meneriakkan keadilan, sehingga semua harapan rakyat dan juga janji manis para politisi yang selalu berkoar dengan dalih demi kesejahteraan atas nama rakyat bisa terealisasikan, bukan hanya sekedar omong kosong belaka.
Namun, itu semua hanya akan menjadi label yang hampa tanpa makna jika mahasiswa tidak mampu memberikan perubahan yang signifikan bagi masyarakat dan negara.
Sekian persen dari mahasiwa beberapa tahun belakangan ini sudah kehilangan jati dirinya sebagai mahasiswa sejati. Mahasiswa bangga akan gelarnya namun lupa akan tanggung jawabnya, ketika mahasiswa diming-iming beasiswa yang memang menggiurkan, dengan antusias para hamba ilmu yang numpang belajar di perguruan tinggi itu akan hanya melaksanakan tanggung jawab akademis saja sekedar untuk mendapatkan IP yang tinggi.
Penulis : Arini nur fhadilah, (Fakultas kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar)