SULSELLIMA.Com | Aktual - Objektif - Berimbang Dinilai Kafir, Gus Miftah : Tidak Semudah Itu Ferguso, Kafir Atau Enggak Itu Bukan Menurut Manusia - SULSELLIMA.COM

Dinilai Kafir, Gus Miftah : Tidak Semudah Itu Ferguso, Kafir Atau Enggak Itu Bukan Menurut Manusia


JAKARTA
, sulsellima.com - Ceramah atau orasi Ustadz Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah di mimbar Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung, Penjaringan, Jakarta Utara, menuai kontroversi. Bahkan ada beberapa kalangan yang menilai Gus Miftah telah kafir.

"Tidak semudah itu Ferguso. Karena kafir atau enggak itu bukan menurut manusia, tetapi menurut Allah. Bahkan ada orang kafir 70 tahun, begitu membaca kalimat syahadat terbakar kekafirannya. Lah saya tiap hari masih tahlilan kok dibilang kafir," kata Gus Miftah, Rabu, (5/5/2021).

Nama Gus Miftah kembali menjadi buah bibir termasuk di media sosial dalam beberapa hari terakhir. Aksi Gus Miftah menghadiri acara di gereja menuai pro dan kontra. Siapa sebenarnya sosok Gus Miftah yang memang kerap membuat sensasi dan kontroversi?

Dihimpun dari berbagai sumber, pendakwah yang dikenal dekat dengan kaum selebritas ini lahir di Lampung pada 5 Agustus 1981. Saat ini ia tercatat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta.

Ia merupakan keturunan ke-9 Kiai Ageng Hasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo. Ulama muda Nahdlatul Ulama ini juga pernah tercatat aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta itu mengingatkan sebelumnya telah ada sejumlah ulama dan tokoh Islam terpandang yang berbicara di gereja seperi KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), KH Abdurrahman Wahid, dan KH Said Aqil Siradj.

Aa Gym pernah berbicara di Gereja Moria, Tentena, Sulawesi Tengah pada akhir September 2002. Sementara Ketua Umum PBNU Kiai Said menyambangi Gereja Katedral Makassar, yang pernah menjadi target bom bunuh diri, pada Minggu, 11 April 2021. "Tapi kenapa cuma saya yang diributkan?," ujar Gus Miftah.

Sayidina Umar, ia melanjutkan, memang pernah menolak undangan ke gereja dan meminta Sayidina Ali untuk mewakilinya. Rupanya sebagai Khalifah, Umar tak ingin bila kehadirannya ditafsirkan sebagai upaya untuk merebut gereja. "Jadi selalu ada konteksnya. Saya menghormati mereka yang tak setuju ke gereja sesuai dalilnya, saya pun berpegang pada dalil, pemahaman, dan contoh para pendahulu," papar Gus Miftah.

Dia menegaskan kedatangannya ke gereja bukan mengikuti peribadatan, sembahyang, maupun misa. Tapi menyampaikan orasi kebangsaan dalam rangka peresmian gereja tersebut. Dirinya menyampaikan hal itu mewakili beberapa tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga ikut memberikan sambutan.

"Saya itu diundang pendeta muda Johan Sunarto melalui Sekjen PBNU Gus Helmy Faishal," terangnya.

Materi orasi atau ceramah yang disampaikan selama 11 menit berisi tentang tentang Pancasila, Kebhinekaan, Kerukunan, Toleransi, dan sebagainya. "Saya gambarkan inilah indahnya Indonesia," beber pria kelahiran Lampung, 5 Agustus 1981 tersebut.

Pada bagian lain dia mengungkapkan suka dukanya berdakwah selama pandemi. Juga soal rencananya mendirikan Gus Miftah Academy. Setelah menerima honor 3M dan 7,5M, benarkah dia pernah menerima honor hingga 12M?


[Reportase : Andi Ross Are]

Tags :

bm
Redaksi by: SULSELLIMA

Pemasangan Iklan/ Kerjasama/ Penawaran Event; Proposal dapat dikirim ke Email : sulsellima@gmail.com